Desa Panembangan Kecamatan Cilongok
Makam Singadipa adalah makam tokoh nasional yang berperang melawan penjajah Belanda di Panembangan. Beliau juga merupakan kaki tangan Pangeran Diponegoro yang biasa membawakan tongkatnya.
Singadipa masih merupakan keturunan Keraton Solo. Singadipa mempunyai gelar Kyai Ngabei Singadipa. Kyai merupakan gelar yang yang diberikan oleh penduduk karena Singadipa merupakan seorang ahli agama. Kemudian Ngabei merupakan gelar yang diberikan oleh Keraton Solo. Selain bergelar Kyai Ngabei Singadipa, beliau juga bergelar Raden Nurkaton Adimanggolo Prawiro. Beliau mempunyai keistimewaan dalam bidang ketatanegaraan dan beliau juga merupakan seorang lurah prajurit Ajibarang.
Dalam melawan penjajah dan melarikan diri dari Belanda, Kyai Ngabei Singadipa menggunakan sistem gerilya yang bernama “umpetan jeroning kemben”, yaitu berlindung dengan cara menjadikan salah satu wanita di tempat perlindungan sebagai istri. Jadi, Kyai Ngabei Singadipa mempunyai banyak istri dan yang tercatat dalam sejarah ada 6, termasuk salah satunya di Panembangan yang bernama Nyi Jaga. Singadipa juga mempunyai banyak anak dan yang tercatat dalam sejarah ada 23. Anak dari Singadipa banyak yang menjadi Demang di beberapa tempat. Dipadrana merupakan putra dari Singadipa yang menjadi Demang Panembangan.
Makam ini banyak dikunjungi oleh Pejabat-pejabat dari berbagai daerah untuk berziarah. bahkan Menurut Ki Ahmad Zaenuri (75) sebagai juru kunci makam, yang berziarah ke makam Eyang Singadipa kebanyakan para calon-calon pejabat petinggi negara maupun daerah, untuk meminta doa restu kepada Alm. Eyang Singadipa.